Dalang Wayang Palembang, Wirawan, sedang latihan di Sanggar Sri Palembang dan Ketua Panitia Workshop Isnayanti Syafrida (29/11)
Foto: Sayangi.com/Ardhy
Palembang, Sayangi.com - Dewan Kesenian Palembang (DKP) selama dua hari (29-30 November) akan menggelar workshop singkat Wayang Palembang, di Hotel Paradise Palembang.
Menurut ketua panitia, Isnayanti Syafrida, workshop yang diikuti oleh 100 peserta ini akan diisi dengan materi pemahaman sejarah dan teknik penyajian wayang Palembang. "Separuh di hari pertama, peserta akan disuguhi materi teori sejarah wayang secara umum dan hubungannya dengan Wayang Palembang. Kemudian dilanjutkan mengenal wayang Palembang secara detail," kata Isnayanti kepada Sayangi.com (29/11).
Dalam workshop ini, tambah pengurus DKP yang akrab dipanggil Yanti ini menampilkan Sumari, Nara Sumber dan Tutor dari Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Pusat dari Jakarta, Cahyo Wibisono dari PEPADI Sumatera Selatan, Ahmad Syukri Ahkab mantan dalang Wayang Palembang dan Wirawan selaku dalang dari kelompok Sri Palembang.
Yanti berharap workshop yang singkat ini paling tidak dapat memberikan pemahaman kepada peserta dan masyarakat Palembang tentang keberadaan Wayang Palembang. "Selama ini masih banyak yang belum tahu bahwa Palembang memiliki kesenian wayang. Banyak yang beranggapan wayang hanya ada di Jawa. Nah, dalam workshop ini nanti akan diketahui, bagaimana sebenarnya wayang Palembang dan apa hubungannya dengan Wayang Jawa," ujar Yanti.
Sementara itu, seorang dalang Wayang Palembang, Wirawan, mengatakan
adanya kegiatan Workshop ini merupakan penghargaan bagi perkembangan
wayang Palembang. "Walaupun singkat, tetapi akan sangat bermanfaat bagi
kemajuan wayang Palembang. Aku sangat senang," ujar Wirawan.
Saat ini, kata Wirawan, Wayang Palembang memang belum banyak yang
dikenal oleh masyarakat Palembang, padahal masa lalu pernah populer dan
cukup sering tampil, terutama di RRI Palembang.
Ditambahkan oleh Wirawan, perhatian pemerintah terhadap seni tradisi
wayang Palembang pun belum ada. Padahal Wayang Palembang, meskipun
berasal dari Jawa tetapi berbeda dan memiliki kekhasan sebagai kesenian
Palembang. "Wayang Palembang merupakan kesenian hasil akulturasi budaya Jawa dengan budaya Palembang. Beberapa perbedaan dengan wayang Jawa,
misalnya bahasa, bentuk wayang, dan tokoh" kata Wirawan.
Wirawan bercerita, bahwa kepandaiannya mendalang mewarisi dari ayah
dan yai (kakek) nya. "Aku belajar mendalang sebenarnya setelah dewasa
inilah. Sebelumnya aku kurang begitu peduli, walaupun sering melihat
ayah mendalang. Tetapi aku pikir, jika tidak kuteruskan, wayang
Palembang ini akan punah. Karena itu, aku belajar cara mendalang," kata
Wirawan.
Berdasarkan infromasi dari Pusat Data Wayang Indonesia (PDWI)
diperkirakan wayang Palembang berasal dari Jawa pada abad XVII dibawa
oleh seorang yang pindah ke Palembang. Lalu, dikembangkan oleh Nenek Moyang
Dalang Kiagus Rusdi Rasyid (yai (kakek) nya Wirawan) terbatas hanya di
lingkungan keluarga.
Ada yang mengatakan wayang Palembang berasal dari Tanggerang. Tetapi
ditilik dari wayang yang paling tua, jelas bahwa wayang tersebut
didatangkan dari Jawa. Sedang wayang-wayang srambahan ‘tokoh-tokoh
pelengkap’ dibuat di Palembang.
Sedangkan wayang-wayang yang paling baru adalah wayang-wayang yang
dibuat oleh pengrajin wayang gaya Surakarta dan juga Yogyakarta. Namun
kalau dirunut lakon-lakon cerita wayang Palembang motif-motifnya sama
dengan wayang purwa Jawa. Misalnya lakon Prabu Indrapura yang motif
ceriteranya mirip dengan lakon Petruk Dadi Ratu.
Tokoh-tokoh Wayang khas Palembang misalnya Bambang Tosena. Dia adalah
anak dari Arjuna. Iringan pagelaran menggunakan seperangkat gamelan
pelog dengan caturan/gendhing yang sudah mengalami pengolahan bentuk dan
harmoni. Dari catatan seorang dalang bernama Bapak Syah HM, Hanan yang
lahir tahun 1909. Pada era sebelumnya, wayang palembang memiliki banyak dalang
diantaranya adalah Dalang Lot, Dalang Jan, Dalang Abas, Dalang Abdul
Rahim Dalang Agus dan Dalang Ali. Konon wayang ini pernah populer di
Palembang. Dalam fungsinya sebagai hiburan maupun untuk ruwatan, namun
lambat laun mengalami kemunduran. Tahun
1930 sampai dengan tahun 1978 orang sudah jarang menyaksikan
pertunjukan wayang Palembang. Bisa dikatakan orang tidak pernah
mendengar lagi keberadaan wayang Palembang.
Setelah begitu lama dalam tidurnya yang panjang (kurang lebih 48 tahun), pada tahun 1978 PEPADI Sumetera Selatan berhasil melacak keberadaan Wayang Palembang dan berusaha membangunkan kembali dari kondisi yang sangat memprihatinkan.
Dilakukan usaha untuk bisa menampilkan kembali wayang Palembang.
Dibentuklah sebuah organisasi atau sebuah kelompok seni Wayang yang
bernama Sri Palembang dengan dalang Kiagus Abdul Rasyid (orang tua
Wirawan). Beralamat di Kelurahan 36 ilir Tangga Buntung Kecamatan Ilir
Barat II Kota Madya Palembang. (VAL)
http://www.sayangi.com/gayahidup1/komunitas/read/12022/dewan-kesenian-palembang-gelar-workshop-wayang-palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar