Selasa, 06 Desember 2011

Sosialisasi "Uang Bersih" bank Indonesia


KUDUS, KOMPAS.com-Bank Indonesia melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah lewat kesenian tradisional wayang kulit yang digelar di Alun-alun Kudus, Jumat malam.
Menurut Analis Senior Bank Indonesia Hasiholan Siahaan di Kudus, sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah selama beberapa tahun terakhir tidak hanya lewat forum formal, tetapi juga mencoba lewat pergelaran kesenian tradisional, seperti wayang kulit.
“Selain memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang ciri keaslian uang rupiah, diharapkan kesenian wayang kulit di Tanah Air juga tetap tumbuh dan dikenal masyarakat,” ujarnya.
Nantinya, kata dia, masyarakat juga mendapatkan hiburan bersifat edukatif dan gratis.
Dengan adanya sosialisasi ciri-ciri keaslian uang, diharapkan peredaran uang palsu bisa ditekan.
Ciri-ciri keaslian uang rupiah, katanya, bisa dikenali melalui warna terlihat terang dan jelas, terdapat benang pengaman yang ditanam pada kertas yang dan tampak sebagai suatu garis melintas atau beranyam.
Pada uang pecahan tertentu, di sudut kanan bawah terdapat “optical variable ink” (OVI), yakni hasil cetak mengkilap berupa lingkaran yang warnanya dapat berupah apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
Selain itu, terdapat tanda air, tulisan terasa kasar, adanya gambar yang saling isi, kode bagi tunanetra, tulisan mikro Bank Indonesia, nomor seri yang tidak simetris dan adanya gambar yang akan nampak di bawah sinar ultraviolet.
“Untuk mengenali keaslian uang rupiah bisa dilakukan dengan istilah 3D, yakni dengan cara dilihat, diraba dan diterawang,” ujarnya.
Berdasarkan data pada periode Januari-Juli 2011, rasio penemuan uang palsu di Tanah Air sebanyak 12 lembar dalam satu juta lembar uang asli. Sementara pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp100.000 dan Rp50.000.
Ia mengatakan, temuan peredaran uang palsu terbanyak, untuk urutan pertama Jatim, disusul DKI dan Banten dan Jateng menduduki peringkat ketiga.
Selain menggelar pentas wayang sebagai media sosialisasi keaslian uang rupiah, BI juga membuka loket penukaran uang yang dianggap rusak maupun uang yang terbakar.
“Jika ada uang milik pedagang Pasar Kliwon yang terbakar dalam prosentase tertentu, bisa ditukarkan dengan uang baru. Nantinya, ada petugas yang akan melayaninya apakah uang tersebut mendapatkan penggantian sesuai dengan nilai nominal atau tidak,” ujar Hasiholan yang juga Kepala Pusat Analis Biro Pengedaran Uang Bank Indonesia.
Salah satu persyaratan uang rusak mendapatkan penggantian, yakni fisik uang kertas lebih besar dari dua pertiga ukuran aslinya dan ciri yang dapat dikenali keasliannya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Hadi Sucipto menambahkan, pergelaran wayang kulit sebagai media sosialisasi keaslian uang rupiah akan menghadirkan dalang terkenal Ki Manteb Sudarsono. “Pentas wayang digelar Jumat (23/9) malam, rencananya dimulai sekitar pukul 19.00 WIB,” ujarnya.
sumber : http://oase.bisnis-on-line.info/?p=187


Hal serupa akan digelar oleh Bank Indonesia yang bekerja sama dengan  Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) PUSAT, PEPADI SUMSEL, LPP RRI Stasiun Palembang, bertema Gelar Budaya Nusantara, akan menampilkan dua kebudayaan yang berbeda, para seniman Dulmuluk Bangsawan "Harapan Jaya" Palembang dan menampilkan Pagelaran Wayang Kulit Purwa Semalam Suntuk dengan Dalang Ki Sudirman Ronggo Darsono (Sragen, Jawa Tengah), membawakan lakon "Banjaran Baladewa". 
Menampilkan dua jenis kebudayaan yang berbeda bukanlah hal yang gampang, ujar ce wibisono yang juga pentolan "qoeroe wasetra" team work sebagai orang yang dilimpahi tanggung jawab untuk acara ini. Ketua PEPADI SUMSEL  Ki H.  Suparno Wonokromo sengaja memilih team ini karena sudah berpengalaman dibidangnya, dan juga "team work" ini terbentuk karena dilaterbelakangi oleh jadwal PEPADI SUMSEL yang padat dengan seabrek kegiatan didalamnya. ce wibisono mengatakan acara ini akan digelar di Halaman RRI Stasiun Palembang pada tanggal 16 Desember 2011 mendatang, pukul 19.30 wib-selesai.      




Tidak ada komentar: